Notifikasi
General
Advertisement
Billboard Ads

Pemilu 2024: Gagasan Ambisius Realistis atau Terlalu Mengada-ada?

 


Jakarta, Represif.com - Gagasan tiga capres dan cawapres di bidang pendidikan yang mengusung program makan siang gratis untuk anak SD sampai SMA, sekolah gratis baik di swasta maupun negeri, hingga program satu sarjana di satu keluarga miskin menuai beragam tanggapan. Beberapa pengamat, seperti Mohammad Abduzen dan Itje Chodidjah, menyatakan bahwa program ini terlalu mengada-ada dan mirip iklan bombastis. Namun, di balik kritik tersebut, para calon pemimpin berargumentasi bahwa langkah-langkah ini diperlukan untuk menanggulangi sulitnya masyarakat mengakses pendidikan dan kurangnya kualitas pengajar di Indonesia.

Capres Nomor Urut 1 Gratiskan Sekolah Negeri dan Swasta
Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar memandang pendidikan sebagai hak seluruh rakyat Indonesia. Dalam visi dan misi mereka, terdapat sejumlah program yang mencakup anak-anak sekolah dasar, institusi pendidikan berbasis agama, dan kesejahteraan guru. Salah satu janji terbesar mereka adalah menggratiskan layanan pendidikan mulai dari kelas 1 hingga kelas 9, baik di sekolah negeri maupun swasta.

Indra Charismiadji, juru bicara tim nasional Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, menyatakan bahwa model sekolah gratis telah diterapkan di 155 negara. Dia menegaskan bahwa akses pendidikan untuk semua, didanai 100% oleh negara, akan memberikan dampak signifikan pada pertumbuhan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Namun, implementasi program ini membutuhkan anggaran sebesar Rp350 triliun. Indra meyakinkan bahwa sebelum memberikan makan gratis, mereka telah menggratiskan biaya pendidikan secara menyeluruh.

Meskipun ambisius, program ini dihadapkan pada sejumlah tantangan, terutama terkait dengan sumber daya finansial yang diperlukan. Pertanyaannya adalah apakah pemerintah dapat memastikan dana sebanyak itu tanpa mengorbankan sektor-sektor penting lainnya. Pengamat pendidikan, seperti Mohammad Abduzen dan Itje Chodidjah, mempertanyakan realitas dari janji-janji ini, menyebutnya terlalu mengada-ada dan mirip iklan bombastis.

Namun, permasalahan pendidikan di Indonesia memang memerlukan solusi inovatif. Jumlah anak putus sekolah yang tinggi, seperti yang dicatat oleh Kemendikbudristek pada 2021, menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk mengatasi hambatan biaya pendidikan. Mewujudkan visi sekolah gratis mungkin membutuhkan penyesuaian dan solusi kreatif untuk memastikan kelangsungan program ini.

Gagasan para capres dan cawapres dalam bidang pendidikan menawarkan visi yang idealis namun ambisius. Meskipun mendapat kritik sebagai janji-janji yang terlalu mengada-ada, penting untuk mengakui bahwa perubahan dalam pendidikan memerlukan langkah-langkah besar. Apakah program makan siang gratis, sekolah gratis, dan satu sarjana di satu keluarga miskin dapat diwujudkan atau tidak, akan sangat bergantung pada kemauan politik, manajemen sumber daya, dan kesiapan masyarakat dalam mendukung transformasi pendidikan yang berkelanjutan.

Posting Komentar
Billboard Ads
Billboard Ads
Billboard Ads
Kembali ke atas
Billboard Ads